Sonjayalook - Siapa yang tidak kenal dengan botol plastik PET (kode angka 1 dikemasan) seperti botol air mineral, botol minuman manis dan segar, botol - botol tersebut terbuat dari plastik PET. Tidak hanya untuk botol minuman, akan tetapi plastik PET diolah menjadi sapu, benang polyester, dacron, tali strapping, plastik mika, toples, botol minyak wangi dan banyak lagi jenis bahan yang terbuat dari plastik PET. PET itu sendiri dibuat dari Mono - Etilen Gikol (MEG) dan Asam Tereftalat yang dimurnikan yang berasal dari minyak mentah dan gas alam. Kedua bahan tersebut direaksikan menjadi bentuk Polymer.
Bahan baku untuk pembuatan benang polyester, dacron juga yang lainnya rata - rata terbuat dari botol PET, baik yang bening (Clear), biru muda (Bluish) dan PK (Putih) yang diolah kembali oleh mesin menjadi cacahan (flakes) baik oleh mesin konvensional maupun oleh mesin canggih.
Industri pengolahan plastik ini dari hulu ke hilir sangat banyak mempekerjakan karyawan, jumlah pekerja mungkin ribuan di indonesia yang tentunya bisa membantu masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan dan menjadikan perputaran ekonomi menjadi baik (Circular Economy), akan tetapi dibalik berkembangnya industri plastik PET ini banyak sekali problem yang sangat komplek terutama dari sisi pengusaha daur ulang plastik tersebut dan juga dari sisi pihak supplier (lapak atau pengepul). Pentingnya edukasi dan pemahaman ke berbagai supplier dan pengepul untuk selalu menjaga kualitas bahan baku yang dikirim ke setiap perusahaan pengolahan daur ulang plastik.
Industri plastik PET ini harus didukung oleh semua pihak supaya tetap bisa berjalan dan bisa berjangka panjang juga mempunyai masa depan yang baik, tanpa ada yang dirugikan. Dasar umum setiap usaha adalah ingin mencari untung, akan tetapi tanpa didasari dengan sikap ingin sama - sama maju, memperkuat komitmen dan bisa berkelanjutan maka usaha industri plastik ini akan pasang surut dan pasti akan ada yang dirugikan dan pastinya lambat laun akan menurun, disamping itu para pengusaha yang tidak bisa mengelola dan tidak dibekali modal yang cukup kuat maka akan gulung tikar dan sistem pengelolaan usaha ini akan macet, pihak supplier akan mengalami kesulitan memasok bahan baku, begitu juga sebagai pembuat produk jadi akan kesulitan mencari bahan baku.
Semua pihak harus bahu membahu mempertahankan dan memajukan industri plastik ini termasuk masyarakat, lapak dan para pengepul. Masyarakat mempunyai peran penting dipihak pertama untuk bisa membantu proses selanjutnya bahkan dari sejak dini dibiasakan untuk memilah sampah dan botol - botol plastik dari berbagai jenisnya.
"Tingkat daur ulang (recycle rate) sampah plastik di Indonesia
baru menyentuh angka tujuh persen, dengan jenis plastik jenis PET (yang
lazim digunakan untuk kemasan AMDK botol dan galon) mencapai 75 persen
tingkat daur ulang," tulis paparan laporan lembaga Sustainable Waste
Indonesia (SWI) belum lama ini." (Republika)
Simak Selengkapnya : Tingkat Daur Ulang Sampah Plastik di Indonesia Masih Rendah | Republika Online
"Tanpa dipilah terlebih dahulu, masyarakat sebenarnya belum selesai tanggung jawabnya membuang sampah pada tempatnya dari rumah atau lingkungan, karena dipihak lain akan mendapatkan masalah baru yang sulit dan tentunya permasalahan sampah tidak bisa selesai - selesai teratasi."
Pihak industri daur ulang atau pengolahan sangat kesulitan untuk menekan loss bahan karena banyak sekali bahan botol plastik yang tidak sesuai dengan permintaan walaupun sudah ditekankan dengan diberikannya contoh dan spesipikasi apa saja yang masuk dan diterima. Rijek bahan botol yang pihak daur ulang terima akan menjadi sampah yang lebih murah nilai jualnya dan tentunya sebuah kerugian, bahkan sampai lebih dari 12% loss bahan dari yang ditetapkan maksimal 3% loss bahan rijekan. Ada beberapa pihak yang siap menerima botol rijekan tersebut, akan tetapi tidak tahu akan diproses seperti apa botol rijekan tersebut dan tentunya pihak industri daur ulang tidak mengharapkan botol rijekan tersebut akan kembali setelah dijual murah 17% dari harga normal beli dari lapak atau supplier.
Contoh berikut ini sampah atau bahan baku rijekan yang sulit untuk diolah atau diproduksi kembali, mau dikemanakan atau diapakan botol rijekan seperti itu, kembali lagi bagaimana kerjasama dari berbagai pihak untuk segera menyelesaikannya, karena masalah ini akan terus terulang.
Melihat foto di atas bisa kita lihat banyak sekali botol - botol yang sulit diolah bahkan tidak bisa diproses produksi diantaranya :
1. Botol dengan label plastik PE dengan lem hampir penuh di kemasan
2. Botol dengan label kertas dengan lem hampir penuh di kemasan
3. Botol yang sudah hitam dan expire, bekas terbakar, kena panas dan hujan
4. Botol dengan bekas lem, cat, tinta dan pewarna yang menempel sangat kuat
5. Botol dengan isi di dalamnya seperti mur, baut, batu kerikil, tanah, paku, kawat, besi logam, karet, benang
6. Toples berbahan PVC dan toples yang tidak terdapat kode PET di kemasannya
7. Botol dengan masih isi minyak sayur
8. Botol dengan cap tinta langsung di kemasan botol
9. Botol larutan, botol kecap dan saus
10. Botol dengan bahan dari kaca
11. Plastik mika, kain dan bahan apa saja bisa masuk walau bukan berbahan PET plastik
Bahan atau material yang tergiling seperti label, kabel, karet, dll tidak terlalu khawatir karena akan melewati proses sortir, akan tetapi kalau material logam seperti mur, baut dan besi masuk kedalam kemasan botol yang kotor dan tidak terlihat akan masuk ke mesin dan mengakibatkan kerusakan mesin dan mata pisau, harga mata pisau tentunya mahal dan akan mengakibatkan produksi berhenti untuk pergantian mata pisau baru.
Bagi pengusaha pendaur ulang sangat dilematis dengan tingginya tingkat loss bahan ini, sampai saat ini masih berpikir keras, bagaimana supaya bahan baku rijek masih bisa menjadi cuan dengan diolah kembali dan tentunya tidak menjadi sampah yang mencemari lingkungan dan menjadi emas murah atau imitasi.
Dengan permasalahan yang sangat komplek tersebut pengusaha daur ulang plastik tidak bisa mengerjakan sendiri oleh para pendaur ulang, akan tetapi harus terlibat semua pihak termasuk pemerintah, misal membuat kebijakan dan regulasi yang menyeluruh. Selain kebijakan dari pemerintah, diperlukan juga sosialisasi secara intensif kepada para produsen botol yang memakai label dengan lem perekat kuat, sehingga menyulitkan untuk didaur ulang.
Bisnis receh ini sangat menggiurkan, bisa membantu mengurangi sampah dari jenis PET botol, bisa membantu masyarakat dengan mendapatkan upah jika dikelola dengan baik, akan tetap industri receh ini akan redup dan bahkan gulung tikar jika semua pihak mempunyai niat hanya ingin menang sendiri. Industri daur ulang plastik ini juga dipengaruhi oleh bahan baku virgin, jika bahan virgin tersebut naik maka semua para pelaku daur ulang, pengepul akan menaikan harga dan begitu sebaliknya jika harga turun, harapan dari pelaku daur ulang apabila bahan baku virgin turun maka diharapkan agar harga bahan baku juga turun dan tentunya tidak mengurangi kualitas bahan baku.
Berikut contoh hasil produksi daur ulang dari botol plastik yang akan digunakan untuk pembuatan berbagai produk.
Semoga Bermanfaat
MARI SEMANGAT MENGELOLA SAMPAH DENGAN BAIK
Gotong Royong Menjaga Lingkungan